PEREKONOMIAN
INDONESIA
MASA
KEPEMERINTAHAN SOEKARNO
(1945-1968)
DOSEN
: IMMI FISKA
Disusun Oleh :
Kelompok : 2 (Dua)
-
Angeliga
Tampubolon - Marsha Salsabila
-
Gania
Noor Alfisyah - Niken Permata Sari
-
Harri
Dhini Pratiwi - Devyana Setya Pratiwi
-
Lu’luatul
Ma’sumah - Gustiani Pangesti
-
Novita
Grace - Nadya Fachrunissa
-
Regina
Olifia
-
Risna
Puspita Sari
-
Sania
Karaman
-
Julisna
Hutagalung
Kelas : 1EB38
UNIVERSITAS GUNADARMA
ATA 2014/2015
UNIVERSITAS GUNADARMA
ATA 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah untuk tugas mata kuliah PEREKONOMIAN
INDONESIA. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu media
pembelajaran.
Makalah ini merupakan
salah satu tugas mata Perekonomian Indonesia di program studi Akuntansi
fakultas Ekonomi di Universitas Gunadarma. Selanjutnya penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Immi Fiska selaku dosen mata
kuliah Perekonomian Indonesia dan kepada segenap pihak yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa
banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam pembuatan makalah ini, maka dari
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Bekasi, 01Juli 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Cover.......................................................................................1
Kata pengantar.........................................................................2
Daftar
Isi..................................................................................3
Bab 1
Pendahuluan................................................................4
1.1
Latar
Belakang................................................................4
1.2
Rumusan masalah...........................................................5
1.3
Tujuan penulisan.............................................................5
Bab 2
Pembahasan.................................................................6
Bab 3
Analisis.......................................................................49
Bab 4
Penutup.......................................................................50
Daftar
Pustaka.........................................................................51
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Orde Lama adalah
sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia. Ir. Soekarno
adalah presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 – 1966. Ia
memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan
Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan
Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus
1945. Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang
kontroversial, yang isinya – berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar
Angkatan darat – menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan
menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan. Supersemar menjadi dasar
Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah pertanggung
jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang
umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya
sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang sama dan mengangkat
Soeharto sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.
Orde Lama berlangsung
dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia menggunakan
bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando. Di saat
menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan
parlementer. Presiden Soekarno di gulingkan waktu Indonesia menggunakan sistem
ekonomi komando.
1.2 Rumusan Masalah
1. Sejarah (detail) kiprah politik presiden soekarno dari masa ke
masa?
2. Bagaimana pemerintahan pada masa orde lama?
3.
Bagaimana penerapan demokrasi orde lama?
4.
Apa penyebab kondisi keadaan
perekonomian negara kita sangat buruk?
5.
Bagaimana
masa demokrasi liberal?
6.
Bagaimana masa demokrasi terpimpin?
7.
Bagaimana masalah yang dihadapi pada
masa pemerintahan soekarno?
8.
Bagaimana rencana dan kebijaksanaan
ekonomi?
9.
Bagaimana pola kebijakan ekonomi orde
lama?
10.
Apa saja bukti kemegahan indonesia
peninggalan orde lama?
11.
Apa
kelebihan dan kekurangan kepemerintahan Soekarno?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Agar
mengetahui pemerintahan pada masa orde lama
2.
Agar
memahami
penerapan demokrasi orde lama
3.
Supaya
mengetahui penyebab kondisi keadaan perekonomian negara kita
sangat buruk
4.
Supaya
memahami masa demokrasi liberal
5.
Supaya
memahami masa demokrasi terpimpin
6.
Agar
mengerti
masalah yang dihadapi pada masa pemerintahan soekarno
7. Supaya mengetahui rencana dan
kebijaksanaan ekonomi
8.
Supaya
mengetahui bukti kemegahan indonesia peninggalan orde lama
9.
Supaya
memahami kelebihan dan kekurangan kepemerintahan Soekarno?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.0 Soekarno
Kiprah politik
Masa pergerakan nasional
Soekarno untuk pertama kalinya menjadi terkenal ketika dia menjadi
anggota Jong Java cabang Surabaya pada tahun 1915. Bagi
Soekarno sifat organisasi tersebut yang Jawa-sentris dan hanya memikirkan
kebudayaan saja merupakan tantangan tersendiri. Dalam rapat pleno tahunan yang
diadakan Jong Java cabang Surabaya Soekarno menggemparkan sidang dengan
berpidato menggunakan bahasa
Jawa ngoko (kasar). Sebulan kemudian dia
mencetuskan perdebatan sengit dengan menganjurkan agar surat kabar Jong Java
diterbitkan dalam bahasa
Melayu saja, dan bukan dalam bahasa
Belanda.[20]
Pada tahun 1926, Soekarno
mendirikan Algemene Studie
Club di Bandung yang merupakan
hasil inspirasi dari Indonesische
Studie Club oleh Dr. Soetomo.[3] Organisasi ini.menjadi.cikal.bakal Partai.Nasional.Indonesia yang.didirikan.padatahun 1927.[10] Aktivitas Soekarno di PNI
menyebabkannya ditangkap Belanda pada tanggal 29 Desember1929 di Yogyakarta dan esoknya dipindahkan
ke Bandung, untuk dijebloskan ke Penjara.Banceuy.Pada.tahun 1930 ia.dipindahkan.ke Sukamiskin dan.pada.tahun.itu.ia.memunculkan.pledoinya.yang.fenomenal IndonesiaMenggugat (pledoi),hingga.dibebaskan kembali pada
tanggal 31
Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno
bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI.
Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan
ke Flores. Di sini,
Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap
membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan
Islam bernama Ahmad Hasan.
Pada
tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi
Bengkulu.
Soekarno
baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Masa penjajahan Jepang
Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat
tidak memerhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk "mengamankan"
keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan
tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.
Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memerhatikan dan
sekaligus memanfaatkan tokoh-tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad
Hatta, dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga
untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi
seperti Jawa
Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh
seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur, dan lain-lainnya
disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional
bekerja sama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan
Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan
Syahrir dan Amir
Sjarifuddin karena menganggap
Jepang adalah fasis yang berbahaya.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan
teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerja
sama dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan
kekuatan sendiri.
Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya
adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945,
dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi
Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki
Tojo mengundang tokoh
Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang
dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito.
Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh
Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan
Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu
dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang
oleh Marsekal
Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam
yang kemudian menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan
rakyat Indonesia sendiri.
Namun
keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang, antara
lain dalam kasusromusha.
Masa Perang Revolusi
Ruang tamu rumah persembunyian Bung Karno
di.Rengasdengklok.Soekarno
bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI,
Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang
terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta)
dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI,
Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,
terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada.tanggal 16.Agustus 1945;.Soekarno.dan Mohammad.Hattadibujuk oleh para pemuda untuk
menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air PetaRengasdengklok..Tokoh.pemuda.yang.membujuk.antara.lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul
Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan
kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman
kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum
tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu
kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah
Soekarno menetapkan momen tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia yakni
dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan,
bulan suci kaum muslim yang diyakini merupakan bulan turunnya wahyu pertama
kaum muslimin kepada Nabi
Muhammad SAW yakni Al Qur-an.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI
menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus
1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP. Pada tanggal 19
September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah
peristiwa Lapangan Ikada tempat 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan
pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap.
Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison,
Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan pertemuan dengan
Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di
Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang
membonceng Sekutu (di bawah Inggris), meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir
Jenderal A.W.S
Mallaby.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno
akhirnya memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti
wakil presiden dan pejabat tinggi negara lainnya.
Kedudukan
Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala
pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive).
Selama revolusi kemerdekaan, sistem pemerintahan berubah menjadi
semipresidensiil/double executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala
Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu
terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat pemerintah
bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik
Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis.
Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan,
kedudukan Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948serta saat Agresi
Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad
Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada
kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa
Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya
yang dapat menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.
Masa kemerdekaan
Soekarnodan JosipBrozTito,SetelahPengakuanKedaulatan(Pemerintah Belanda menyebutkan
sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden
Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana
menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat,
yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh
rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17
Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden
Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan
Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden
Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan
pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat di
kalangan rakyat dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana
menteri. Jatuh bangunnya kabinet yang terkenal sebagai "kabinet seumur
jagung" membuat Presiden Soekarno kurang memercayai sistem multipartai,
bahkan menyebutnya sebagai "penyakit kepartaian". Tak jarang, ia juga
ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas
pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan
Udara.
Soekarno
dan John
F. Kennedy
Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia
Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih
belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri,
menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan
Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasasila
Bandung. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan
konflik akibat "bom waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat yang
dicap masih mementingkanimperialisme dan kolonialisme,
ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang mengubah
peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam penyelesaian
konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip
Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal
Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan
Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara Asia Afrika yang memperoleh
kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik
berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah,
yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula,
banyak penduduk dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila
ingat atau mengenal akan Indonesia.[butuh rujukan]
Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia
internasional, Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan
pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya adalah Nikita
Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika
Serikat), Fidel
Castro (Kuba), Mao Tse
Tung (RRC).
Masa Keterpurukan
Situasi politik Indonesia menjadi tidak menentu setelah enam jenderal dibunuh dalam peristiwa yang dikenal
dengan sebutan Gerakan 30 September atau G30S pada 1965.[10][21] Pelaku sesungguhnya dari peristiwa
tersebut masih merupakan kontroversi walaupun PKI dituduh terlibat di dalamnya.[10] Kemudian massa dari KAMI (Kesatuan
Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan
aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta
agar PKI dibubarkan.[21] Namun, Soekarno menolak untuk
membubarkan PKI karena bertentangan dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme).[4][21] Sikap Soekarno yang menolak
membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik.[4][10]
Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani oleh Soekarno.[21] Isi dari surat tersebut merupakan
perintah kepada Letnan
JenderalSoeharto untuk mengambil tindakan yang perlu
guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden.[21] Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat menjadi Panglima Angkatan
Darat untuk membubarkan PKI
dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang.[21] Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua
Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP
MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai
pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden
berhalangan.[22]
Soekarno kemudian membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai
sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum ke-IV MPRS.[21] Pidato tersebut berjudul "Nawaksara"
dan dibacakan pada 22 Juni 1966.[4] MPRS kemudian meminta Soekarno untuk
melengkapi pidato tersebut.[21] Pidato "Pelengkap Nawaskara"
pun disampaikan oleh Soekarno pada 10 Januari 1967 namun kemudian ditolak oleh MPRS pada 16
Februari tahun yang sama.[21]
Hingga akhirnya pada 20
Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat
Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana
Merdeka.[22] Dengan ditandatanganinya surat
tersebut maka Soeharto de facto menjadi kepala pemerintahan Indonesia.[22] Setelah melakukan Sidang Istimewa maka
MPRS pun mencabut kekuasaan Presiden Soekarno, mencabut gelar Pemimpin Besar
Revolusi dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan pemilihan
umum berikutnya.[22]
Sakit hingga meninggal
Makam Presiden Soekarno
diBlitar, Jawa
Timur.Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak bulan Agustus 1965.[22] Sebelumnya,
ia telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal danpernahmenjalaniperawatandi Wina, Austria tahun 1961 dan 1964.[22] Prof.
Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar
ginjal kiri Soekarno diangkat tetapi ia menolaknya dan lebih memilih pengobatan
tradisional.[22] Ia
masih bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21
Juni 1970 di
RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot
Subroto, Jakartadengan
status sebagai tahanan politik.[3][22] Jenazah
Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna
Sari Dewi.[22] Sebelum
dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh
Dokter Mahar
Mardjono yang
merupakan anggota tim dokter kepresidenan.[22] Tidak
lama kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua
Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono Kertopati.[22]
Komunike
medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut:[22]
1. Pada
hari Sabtu tanggal 20
Juni 1970 jam
20.30 keadaan kesehatan Ir. Soekarno semakin memburuk dan kesadaran
berangsur-angsur menurun.
2. Tanggal 21
Juni 1970 jam
03.50 pagi, Ir. Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00
Ir. Soekarno meninggal dunia.
3. Tim
dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Ir. Soekarno
hingga saat meninggalnya.
Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namun
pemerintahan Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa
Timur, sebagai tempat pemakaman Soekarno.[22] Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres
RI No. 44 tahun 1970.[22] Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar
sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan
makam ibunya.[22] Upacara pemakaman Soekarno dipimpin
oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai inspektur upacara.[22] Pemerintah kemudian menetapkan masa
berkabung selama tujuh hari.[22]
Peninggalan
Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno pada 6 Juni 2001, maka Kantor Filateli Jakarta menerbitkan prangko "100 Tahun Bung Karno".[7] Prangko yang diterbitkan merupakan
empat buah prangko berlatar belakang bendera Merah
Putih serta menampilkan
gambar diri Soekarno dari muda hingga ketika menjadi Presiden Republik
Indonesia.[7] Prangko pertama memiliki nilai nominal
Rp500 dan menampilkan potret Soekarno pada saat sekolah menengah. Yang kedua
bernilai Rp800 dan gambar Soekarno ketika masih di perguruan tinggi tahun 1920-an terpampang di
atasnya. Sementara itu, prangko yang ketiga memiliki nominal Rp900 serta
menunjukkan foto Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Prangko yang terakhir
memiliki gambar Soekarno ketika menjadi Presiden dan bernominal Rp1000. Keempat
prangko tersebut dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak sebanyak 2,5 juta set
oleh Perum Peruri.[7] Selain prangko, Divisi Filateli PT Pos
Indonesia menerbitkan juga lima macam kemasan prangko, album koleksi prangko,
empat jenis kartu pos, dua macam poster Bung Karno serta tiga desain kaus Bung
Karno.[7]
Prangko yang menampilkan Soekarno juga diterbitkan oleh Pemerintah Kuba pada tanggal 19 Juni 2008. Prangko tersebut
menampilkan gambar Soekarno dan presiden KubaFidel
Castro.[23] Penerbitan itu bersamaan dengan ulang
tahun ke-80 Fidel Castro dan peringatan kunjungan Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba
Nama Soekarno pernah diabadikan sebagai nama sebuah gelanggang
olahraga pada tahun 1958. Bangunan
tersebut, yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno,
didirikan sebagai sarana keperluan penyelenggaraan Asian
Games IV tahun 1962 di Jakarta. Pada
masa Orde Baru,
kompleks olahraga ini diubah namanya menjadi Gelora
Senayan. Tapi sesuai keputusan Presiden Abdurrahman
Wahid, Gelora Senayan kembali pada nama awalnya yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno. Hal
ini dilakukan dalam rangka mengenang jasa Bung Karno.[24]
Setelah kematiannya, beberapa yayasan dibuat atas nama Soekarno. Dua di
antaranya adalah Yayasan Pendidikan Soekarno dan Yayasan Bung Karno. Yayasan
Pendidikan Soekarno adalah organisasi yang mencetuskan ide untuk membangun universitas dengan pemahaman yang diajarkan Bung
Karno. Yayasan ini dipimpin oleh Rachmawati Soekarnoputri, anak ke tiga Soekarno
dan Fatmawati.
Pada tahun 25 Juni 1999 Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie meresmikan Universitas Bung Karno yang secara resmi meneruskan pemikiran
Bung Karno,Nation and Character Building kepada mahasiswa-mahasiswanya.[25]
Sementara itu, Yayasan Bung Karno memiliki tujuan untuk mengumpulkan
dan melestarikan benda-benda seni maupun nonseni kepunyaan Soekarno yang
tersebar di berbagai daerah di Indonesia.[26] Yayasan tersebut didirikan pada
tanggal 1 Juni 1978 oleh delapan putra-putri Soekarno
yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati.Soekarnoputri, Sukmawati.Soekarnoputri, Guruh.Soekarnoputra, Taufan.Soekarnoputra, Bayu.Soekarnoputra,dan Kartika.Sari.Dewi.Soekarno.[26] Pada tahun 2003, Yayasan Bung
Karno membuka stan di Arena Pekan Raya Jakarta.[7] Di stan tersebut ditampilkan video
pidato Soekarno berjudul "Indonesia Menggugat" yang disampaikan di
Gedung Landraad tahun 1930 serta foto-foto semasa Soekarno menjadi presiden.[7] Selain memperlihatkan video dan foto,
berbagai cenderamata Soekarno dijual di stan tersebut.[7] Di antaranya adalah kaus, jam emas, koin emas, CD berisi pidato Soekarno, serta kartu
pos Soekarno.[7]
Seseorang yang bernama Soenuso Goroyo Sukarno mengaku memiliki harta
benda warisan.Soekarno.[7] Soenuso.mengaku.merupakan.mantan.sersan.dari Batalyon ArtileriPertahanan
Udara Sedang.[7] Ia pernah menunjukkan benda-benda yang
dianggapnya sebagai warisan Soekarno itu kepada sejumlah wartawan di rumahnya
di Cileungsi,Bogor.[7] Benda-benda tersebut antara lain
sebuah lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar dalam register emas
JM London, emas putih
dengan cap tapal kuda JM Mathey London serta plakat logam berwarna kuning dengan tulisan ejaan
lama berupa deposito hibah.[7] Selain itu terdapat pula uang UBCN (Brasil) dan Yugoslavia serta sertifikat deposito obligasi garansi di Bank Swiss dan Bank Netherland.[7] Meskipun emas yang ditunjukkan oleh
Soenuso bersertifikat namun belum ada pakar yang memastikan keaslian dari emas
tersebut.[27]
Penghargaan
Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan gelar Doktor Honoris
Causa dari 26 universitas di dalam dan luar negeri.[28] Perguruan tinggi dalam negeri yang
memberikan gelar kehormatan kepada Soekarno antara lain Universitas Gajah Mada (19 September 1951), Institut Teknologi Bandung (13 September 1962), Universitas Indonesia (2 Februari 1963), Universitas Hasanuddin (25 April 1963), Institut
Agama Islam Negeri Jakarta (2
Desember 1963), Universitas Padjadjaran (23 Desember 1964), dan Universitas
Muhammadiyah (1 Agustus 1965).[28] Sementara itu, Universitas Columbia (AmerikaSerikat), UniversitasBerlin (Jerman), UniversitasLomonosov (Rusia) dan Universitas Al-Azhar (Mesir) merupakan
beberapa universitas luar negeri yang menganugerahi Soekarno dengan gelar
Doktor Honoris Causa.[28]
Pada bulan April 2005, Soekarno yang
sudah meninggal selama 35 tahun mendapatkan penghargaan dari Presiden Afrika
Selatan Thabo
Mbeki.[7] Penghargaan tersebut adalah
penghargaan bintang kelas satu The
Order of the Supreme Companions of OR Tambo yang diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang semuanya dilapisi emas.[7] Soekarno mendapatkan penghargaan
tersebut karena dinilai telah mengembangkan solidaritas internasional demi
melawan penindasan oleh negara maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat
Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan membebaskan diri dari apartheid.[7] Acara penyerahan penghargaan tersebut
dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union Buildings di Pretoria dan dihadiri oleh Megawati
Soekarnoputri yang mewakili ayahnya dalam menerima penghargaan.[7]
Periode menjelang Kemerdekaan RI
·
Pada 6.Agustus 1945,2.bom.tom.dijatuhkan.ke.dua.kota.diJepang, Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika
Serikat. Ini menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika
Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya.
·
Pada 9.Agustus 1945 Soekarno,
Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan
ke Vietnam untuk
bertemu Marsekal
Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang
menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24
Agustus.
·
Sementara itu, di Indonesia, Sutan
Syahrir telah
mendengar berita lewat radio pada tanggal 10
Agustus 1945,
bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah
bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan
yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali
ke tanah air pada tanggal 14
Agustus 1945,
Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi
kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan
dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.
·
15
Agustus -
Jepang menyerah kepada Sekutu.
Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang
telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda.
·
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul
Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah tanah
kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16
Agustus 1945 mereka
menculik Soekarno dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian
terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok.
Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan
para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan
Jenderal Moichiro
Yamamoto dan bermalam di
kediaman Laksamana Muda Maeda
Tadashi. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di
Jawa ini, Soekarno dan Hatta menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada
Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan.
·
Mengetahui bahwa proklamasi tanpa
pertumbahan darah telah tidak mungkin lagi, Soekarno, Hatta dan anggota PPKI lainnya
malam itu juga rapat dan menyiapkan teksProklamasi yang
kemudian dibacakan pada pagi hari tanggal 17
Agustus 1945.
Tentara Pembela Tanah Air,
kelompok muda radikal, dan rakyat Jakarta mengorganisasi pertahanan di kediaman
Soekarno. Selebaran kemudian dibagi-bagikan berisi tentang pengumuman
proklamasi kemerdekaan. Adam Malik juga mengirim pesan singkat pengumuman
Proklamasi ke luar negeri.
Pasca-Kemerdekaan[
18
Agustus - PPKI membentuk
sebuah pemerintahan sementara dengan Soekarno sebagai Presiden dan Hatta
sebagai Wakil Presiden. Piagam Jakarta yang memasukkan kata "Islam"
di dalam sila Pancasila, dihilangkan dari mukadimah konstitusi yang baru.
Republik Indonesia yang baru lahir ini terdiri 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku, dan Sunda
Kecil.
Pada 22 Agustus Jepang mengumumkan mereka menyerah di
depan umum di Jakarta. Jepang melucuti senjata mereka dan membubarkan PETA Dan
Heiho. Banyak anggota kelompok ini yang belum mendengar tentang kemerdekaan.
23
Agustus - Soekarno mengirimkan
pesan radio pertama ke seluruh negeri Indonesia. Badan Keamanan Rakyat, angkatan bersenjata
Indonesia yang pertama mulai dibentuk dari bekas anggota PETA dan Heiho.
Beberapa hari sebelumnya, beberapa batalion PETA telah diberitahu untuk
membubarkan diri.
29
Agustus - Rancangan
konstitusi bentukan PPKI yang telah diumumkan pada 18 Agustus, ditetapkan
sebagai UUD 45. Soekarno
dan Hatta secara resmi diangkat menjadi Presiden dan Wakil Presiden. PPKI
kemudian berubah nama menjadi KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat).
KNIP ini adalah lembaga sementara yang bertugas sampai pemilu dilaksanakan.
Pemerintahan Republik Indonesia yang baru, Kabinet Presidensial, mulai bertugas pada 31 Agustus.
Sekutu
Sesuai.dengan perjanjian.Wina pada.tahun 1942,.bahwa.negaranegara sekutu bersepakat untuk mengembalikan
wilayah-wilayah yang kini diduduki Jepang pada pemilik koloninya masing-masing
bila Jepang berhasil diusir dari daerah pendudukannya.
Menurut Sekutu sebagai pihak yang memenangkan Perang
Dunia II, Lord Mountbatten sebagai Komandan Tertinggi Sekutu di
Asia Tenggara adalah orang yang diserahi tanggung jawab kekuasaan atas Sumatra
dan Jawa. Tentara Australia diberi tanggung jawab terhadap Kalimantan dan
Indonesia bagian Timur.
Pada 23 Agustus 1945 tentara Belanda mendarat di Sabang,
Aceh.
15 September 1945,
tentara sekutu tiba di Jakarta, ia didampingi Dr Charles van der Plas, wakil Belanda pada
Sekutu. Kehadiran tentara sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies Civil
Administration - pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr Hubertus J van Mook.
Dampak Pendudukan Jepang Dalam Berbagai Aspek Kehidupan Bangsa Indonesia
Aspek Politik
Kebijakan pertama yang dilakukan Dai Nippon (大日本?)(pemerintah militer Jepang)
adalah melarang semua rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal 20 Maret 1942, dikeluarkan
peraturan yang membubarkan semua organisasi politik dan semua bentuk perkumpulan..Pada.tanggal 8.September 1942 dikeluarkan.UU.no..2.Jepang.mengendalikan seluruh
organisasi nasional.
Selain itu, Jepangpun melakukan propaganda untuk menarik simpati
bangsa Indonesia dengan cara:
·
Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin,
Jepang cahaya dan Jepang pelindung Asia)
·
Melancarkan simpati lewat pendidikan
berbentuk beasiswa pelajar.
·
Menarik simpati umat Islam untuk pergi
Haji
·
Menarik simpati organisasi Islam MIAI.
·
Melancarkan politik dumping
·
Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh
perjuangan Nasional seperti: Ir. Soekarno, Drs. M. Hatta serta Sutan Syahrir,
dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda.
Selain propaganda, Jepang juga melakukan berbagai tindakan nyata
berupa pembentukan badan-badan kerjasama seperti berikut:
·
Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dengan
tujuan membujuk kaum Nasionalis sekuler dan intelektual agar menyerahkan tenaga
dan pikirannya untuk mengabdi kepada Jepang.
·
Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa)
merupakan organisasi sentral dan terdiri dari berbagai macam profesi (dokter,
pendidik, kebaktian wanita pusat dan perusahaan).
Penerapan sistem Autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan
sendiri dan kebutuhan perang). Sistem ini diterapkan di setiap wilayah ekonomi.
Contoh Jawa menjadi 17 daerah, Sumatera 3 daerah, dan Meinsefu (daerah yang
diperintah Angkatan Laut) 3 daerah. Setelah penyerahan kekuasaan dari Belanda
kepada Jepang di Kalijati maka seluruh daerah Hindia Belanda menjadi 3 daerah
pemerintahan militer:
·
Daerah bagian tengan meliputi Jawa dan Madura dikuasai
oleh tentara keenambelas denagn kantor pusat di Batavia (Jakarta).
·
Daerah bagian Barat meliputi Sumatera dengan
kantor pusat di Bukittinggi dikuasai
oleh tentara keduapuluhlima.
·
Daerah bagian Timur meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusantara, Maluku dan Irian
Jaya dibawah
kekuasaan armada selatan kedua dengan pusatnya di Makassar.
Selain kebijakan politik di atas, pemerintah Militer Jepang juga
melakukan perubahan dalam birokrasi pemerintahan, diantaranya adalah
pembentukan organisasi pemerintahan di tingkat pusat dengan membentuk
Departemen dan pembentukan Cou
Sang In/dewan penasehat. Untuk mempermudah pengawasan dibentuk tiga
pemerintahan militer yakni:
·
Pembentukan Angkatan Darat/Gunseibu,
membawahi Jawa dan Madura dengan Batavia sebagai pusat dan dikenal dengan
tentara ke enam belas dipimpin oleh Hitoshi Imamura.
·
Pembentukan Angkatan Darat/Rikuyun,
yang membawahi Sumatera dengan pusat Bukit Tinggi (Sumatera Barat) yang dikenal
dengan tentara ke dua puluh lima dipimpin oleh Jendral Tanabe.
·
Pembentukan Angkatan Laut/Kaigun,
yang membawahi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian dengan
pusatnya Ujung Pandang (Makasar) yang dikenal dengan Armada Selatan ke dua
dengan nama Minseifu dipimpin Laksamana Maeda.
Untuk kedudukan pemerintahan militer sementara khusus Asia Tenggara
berpusat di Dalat/Vietnam.
Aspek Ekonomi dan Sosial
Pada kedua aspek ini, Anda akan menemukan bagaimana praktek
eksploitasi ekonomi dan sosial yang dilakukan Jepang terhadap bangsa Indonesia
dan Anda bisa membandingkan dampak ekonomi dan sosial dengan dampak politis dan
birokrasi. Hal-hal yang diberlakukan dalam sistem pengaturan ekonomi pemerintah
Jepang adalah sebagai berikut:
·
Kegiatan ekonomi diarahkan untuk
kepentingan perang maka seluruh potensi sumber daya alam dan bahan mentah
digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang. Jepang menyita seluruh
hasil perkebunan, pabrik, Bank dan perusahaan penting. Banyak lahan pertanian
yang terbengkelai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan
industri perang. Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan
kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis.
·
Jepang menerapkan sistem pengawasan
ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang sangat berat. Pengawasan
tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang.
Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya harga barang. Pengawasan
perkebunan teh, kopi, karet, tebu dan
sekaligus memonopoli penjualannya. Pembatasan teh, kopi dan tembakau,
karena tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan perang. Monopoli tebu dan gula,
pemaksaan menanam pohon jarak dan kapas pada lahan pertanian dan perkebunan
merusak tanah.
·
Menerapkan sistem ekonomi perang dan
sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan
perang). Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua kekayaan dikorbankan untuk
kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat baik fisik maupun
material.
Pada tahun 1944, kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak,
sehingga tuntutan akan kebutuhan bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk
mengatasinya pemerintah Jepang mengadakan kampanye penyerahan bahan pangan dan
barang secara besar-besaran melalui Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi
pertanian), serta instansi resmi pemerintah. Dampak dari kondisi tersebut,
rakyat dibebankan menyerahkan bahan makanan 30% untuk pemerintah, 30% untuk
lumbung desa dan 40% menjadi hak pemiliknya. Sistem ini menyebabkan kehidupan
rakyat semakin sulit, gairah kerja menurun, kekurangan pangan, gizi rendah,
penyakit mewabah melanda hampir di setiap desa di pulau Jawa salah satunya: Wonosobo (Jateng) angka kematian 53,7% dan
untuk Purworejo (Jateng) angka kematian mencapai
224,7%. Bisa Anda bayangkan bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan
bangsa Indonesia pada masa Jepang (bahkan rakyat dipaksa makan makanan hewan
seperti keladi gatal, bekicot, umbi-umbian).
Aspek Kehidupan Militer
Pada aspek militer ini, Anda akan memahami bahwa badan-badan militer
yang dibuat Jepang semata-mata karena kondisi militer Jepang yang semakin
terdesak dalam perang Pasifik.
Memasuki tahun kedua pendudukannya (1943), Jepang semakin
intensif mendidik dan melatih pemuda-pemuda Indonesia di bidang militer. Hal
ini disebabkan karena situasi di medan pertempuran (Asia – Pasifik) semakin
menyulitkan Jepang. Mulai dari pukulan Sekutu pada pertempuran laut di Midway (Juni 1942) dan sekitar Laut
Karang (Agustus’.42.Februari.1943).Kondisi.tersebut.diperparah.dengan.jatuhnya Guadalacanal yang merupakan basis kekuatan Jepang
di Pasifik (Agustus 1943).
Situasi di atas membuat Jepang melakukan konsolidasi kekuatan dengan
menghimpun kekuatan dari kalangan pemuda dan pelajar Indonesia sebagai tenaga
potensial yang akan diikutsertakn dalam pertempuran menghadapi Sekutu.
Dampak Positif dan Negatif Pendudukan Jepang di Indonesia
Masa Pendudukan Jepang di Indonesia adalah masa yang sangat
berpengaruh bagi perkembangan Indonesia, selain itu hampir tidak adanya
tantangan yang berarti kepada Belanda sebelumnya. Dalam masanya yang singkat
itu, Jepang membawa dampak yang positif dan juga membawa dampak yang negatif
bagi bangsa Indonesia pada umumnya. Pada umumnya kebanyakan beranggapan masa
pendudukan Jepang adalah masa-masa yang kelam dan penuh penderitaan. Akan
tetapi tidak semuanya itu benar, ada beberapa kebijakan pemerintah pendudukan
Jepang yang memberikan dampak positif, terutama dalam pembentukan nasionalisme
Indonesia dan pelatihan militer bagi pemuda Indonesia.
Dampak Positif Pendudukan Jepang
Tidak banyak yang mengetahui tentang dampak positifnya Jepang
menduduki Indonesia. Ada pun dampak positif yang dapat dihadirkan antara
lain :
·
Diperbolehkannya bahasa Indonesia untuk
menjadi bahasa komunikasi nasional dan menyebabkan bahasa Indonesia mengukuhkan
diri sebagai bahasa nasional.
·
Jepang mendukung semangat anti-Belanda,
sehingga mau tak mau ikut mendukung semangat nasionalisme Indonesia. Antara
lain menolak pengaruh-pengaruh Belanda, misalnya perubahan nama Batavia menjadi Jakarta.
·
Untuk mendapatkan dukungan rakyat
Indonesia, Jepang mendekati pemimpin nasional Indonesia seperti Soekarno dengan
harapan agar Soekarno mau membantu Jepang memobilisasi rakyat Indonesia.
Pengakuan Jepang ini mengukuhkan posisi para pemimpin nasional Indonesia dan
memberikan mereka kesempatan memimpin rakyatnya.
·
Dalam bidang ekonomi didirikannya kumyai
yaitu koperasi yang bertujuan untuk kepentingan bersama.
·
Pembentukan strata masyarakat hingga
tingkat paling bawah yaitu rukun tetangga (RT) atau Tonarigumi
·
Diperkenalkan suatu sistem baru bagi
pertanian yaitu line system (sistem pengaturan bercocok tanam
secara efisien) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan.
·
Dibentuknya BPUPKI dan PPKI untuk
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Dari sini muncullah ide Pancasila.
·
Jepang dengan terprogram melatih dan
mempersenjatai pemuda-pemuda Indonesia demi kepentingan Jepang pada awalnya.
Namun oleh pemuda hal ini dijadikan modal untuk berperang yang dikemudian hari
digunakan untuk menghadapi kembalinya pemerintah kolonial Belanda.
·
Dalam pendidikan dikenalkannya sistem
Nipon-sentris dan diperkenalkannya kegiatan upacara dalam sekolah.
Dampak Negatif Pendudukan Jepang
Selain dampak positifnya tadi diatas, Jepang juga membawa dampak
negatif yang luar biasa antara lain :
·
Penghapusan semua organisasi politik dan
pranata sosial warisan Hindia Belanda yang sebenarnya banyak diantaranya yang
bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, dan kesejahteraan
warga.
·
Romusha,
mobilisasi rakyat Indonesia (terutama warga Jawa) untuk kerja paksa dalam
kondisi yang tidak manusiawi.
·
Penghimpunan segala sumber daya seperti
sandang, pangan, logam, dan minyak demi kepentingan perang. Akibatnya beras dan
berbagai bahan pangan petani dirampas Jepang sehingga banyak rakyat yang
menderita kelaparan.
·
Krisis ekonomi yang sangat parah. Hal
ini karena dicetaknnya uang pendudukan secara besar-besaran sehingga
menyebabkan terjadinya inflasi.
·
Kebijakan self sufficiency (kawasan mandiri) yang menyebabkan
terputusnya hubungan ekonomi antar daerah.
·
Kebijakan fasis pemerintah militer
Jepang yang menyebar polisi khusus dan intelijen di kalangan rakyat sehingga
menimbulkan ketakutan. Pemerintah Jepang bebas melanggar hak asasi manusia
dengan menginterogasi, menangkap, bahkan menghukum mati siapa saja yang
dicurigai atau dituduh sebagai mata-mata atau anti-Jepang tanpa proses
pegadilan.
·
Pembatasan pers sehingga tidak ada pers
yang independen, semuanya dibawah pengawasan Jepang.
·
Terjadinya kekacauan situasi dan kondisi
keamanan yang parah seperti maraknya perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.
·
Pelarangan terhadap buku-buku berbahasa
Belanda dan Inggris yang menyebabkan pendidikan yang lebih tinggi terasa
mustahil.
·
Banyak guru-guru yang dipekerjakan
sebagai pejabat-pejabat pada masa itu yang menyebabkan kemunduran standar
pendidikan secara tajam.
2.1.1
masa sebelum kemerdekaan
Sebelum merdeka, Indonesia mengalami masa
penjajahan yang terbagi dalam beberapa periode. Ada empat negara yang pernah
menduduki Indonesia, yaitu Portugis, Belanda,Inggris, dan Jepang. Portugis
tidak meninggalkan jejak yang mendalam di Indonesia karena keburu diusir oleh
Belanda, tapi Belanda yang kemudian berkuasa selama sekitar 350 tahun, sudah
menerapkan berbagai sistem yang masih tersisa hingga kini. Untuk menganalisa
sejarah perekonomian Indonesia, rasanya perlu membagi masa pendudukan Belanda
menjadi beberapa periode, berdasarkan perubahan-perubahan kebijakan yang mereka
berlakukan di Hindia Belanda (sebutan untuk Indonesia saat itu).
ÿ Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), Belanda yang saat itu menganut paham Merkantilis benar-benar menancapkan kukunya di Hindia Belanda. Belanda melimpahkan wewenang untuk mengatur Hindia Belanda kepada VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), sebuah perusahaan yang didirikan dengan tujuan untuk menghindari persaingan antar sesama pedagang Belanda, sekaligus untuk menyaingi perusahaan imperialis lain seperti EIC (Inggris).
Untuk mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrooi, yang antara lain meliputi :
a.Hak mencetak uang
b.Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai
c.Hak menyatakan perang dan damai
d.Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
e.Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja
Hak-hak itu seakan melegalkan keberadaan VOC sebagai “penguasa” Hindia Belanda. Namun walau demikian, tidak berarti bahwa seluruh ekonomi Nusantara telah dikuasai VOC.
Kenyataannya, sejak tahun 1620, VOC hanya menguasai komoditi-komoditi ekspor sesuai permintaan pasar di Eropa, yaitu rempah-rempah. Kota-kota dagang dan jalur-jalur pelayaran yang dikuasainya adalah untuk menjamin monopoli atas komoditi itu. VOC juga belum membangun sistem pasokan kebutuhan-kebutuhan hidup penduduk pribumi. Peraturan-peraturan yang ditetapkan VOC seperti verplichte leverentie (kewajiban meyerahkan hasil bumi pada VOC ) dan contingenten (pajak hasil bumi) dirancang untuk mendukung monopoli itu. Disamping itu, VOC juga menjaga agar harga rempah-rempah tetap tinggi, antara lain dengan diadakannya pembatasan jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh ditanam penduduk, pelayaran Hongi dan hak extirpatie (pemusnahan tanaman yang jumlahnya melebihi peraturan). Semua aturan itu pada umumnya hanya diterapkan di Maluku yang memang sudah diisolasi oleh VOC dari pola pelayaran niaga samudera Hindia.
Dengan memonopoli rempah-rempah, diharapkan VOC akan menambah isi kas negri Belanda, dan dengan begitu akan meningkatkan pamor dan kekayaan Belanda. Disamping itu juga diterapkan Preangerstelstel, yaitu kewajiban menanam tanaman kopi bagi penduduk Priangan. Bahkan ekspor kopi di masa itu mencapai 85.300 metrik ton, melebihi ekspor cengkeh yang Cuma 1.050 metrik ton.
Namun, berlawanan dengan kebijakan merkantilisme Perancis yang melarang ekspor logam mulia, Belanda justru mengekspor perak ke Hindia Belanda untuk ditukar dengan hasil bumi. Karena selama belum ada hasil produksi Eropa yang dapat ditawarkan sebagai komoditi imbangan,ekspor perak itu tetap perlu dilakukan. Perak tetap digunakan dalam jumlah besar sebagai alat perimbangan dalam neraca pembayaran sampai tahun 1870-an.
Pada tahun 1795, VOC bubar karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi kekayaan Hindia Belanda. Kegagalan itu nampak pada defisitnya kas VOC, yang antara lain disebabkan oleh :
a.Peperangan yang terus-menerus dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar, terutama perang Diponegoro.
b.Penggunaan tentara sewaan membutuhkan biaya besar.
c.Korupsi yang dilakukan pegawai VOC sendiri.
d.Pembagian dividen kepada para pemegang saham, walaupun kas defisit.
Maka, VOC diambil-alih (digantikan) oleh republik Bataaf (Bataafsche Republiek).
Republik Bataaf dihadapkan pada suatu sistem keuangan yang kacau balau. Selain karena peperangan sedang berkecamuk di Eropa (Continental stelstel oleh Napoleon), kebobrokan bidang moneter sudah mencapai puncaknya sebagai akibat ketergantungan akan impor perak dari Belanda di masa VOC yang kini terhambat oleh blokade Inggris di Eropa.
Sebelum republik Bataaf mulai berbenah, Inggris mengambil alih pemerintahan di Hindia Belanda.
ÿ Pendudukan Inggris (1811-1816)
Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad diterapkan oleh Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Sistem ini sudah berhasil di India, dan Thomas Stamford Raffles mengira sistem ini akan berhasil juga di Hindia Belanda. Selain itu, dengan landrent, maka penduduk pribumi akan memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris atau yang diimpor dari India. Inilah imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan tidak sekedar untuk dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah pemasaran produk dari negara penjajah. Sesuai dengan teori-teori mazhab klasik yang saat itu sedang berkembang di Eropa, antara lain :
a.Pendapat Adam Smith bahwa tenaga kerja produktif adalah tenaga kerja yang menghasilkan benda konkrit dan dapat dinilai pasar, sedang tenaga kerja tidak produktif menghasilkan jasa dimana tidak menunjang pencapaian pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, Inggris menginginkan tanah jajahannya juga meningkat kemakmurannya, agar bisa membeli produk-produk yang di Inggris dan India sudah surplus (melebihi permintaan).
b.Pendapat Adam Smith bahwa salah satu peranan ekspor adalah memperluas pasar bagi produk yang dihasilkan (oleh Inggris) dan peranan penduduk dalam menyerap hasil produksi.
c.The quantity theory of money bahwa kenaikan maupun penurunan tingkat harga dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar.
Akan tetapi, perubahan yang cukup mendasar dalam perekonomian ini sulit dilakukan, dan bahkan mengalami kegagalan di akhir kekuasaan Inggris yang Cuma seumur jagung di Hindia Belanda. Sebab-sebabnya antara lain :
a.Masyarakat Hindia Belanda pada umumnya buta huruf dan kurang mengenal uang, apalagi untuk menghitung luas tanah yang kena pajak.
b.Pegawai pengukur tanah dari Inggris sendiri jumlahnya terlalu sedikit.
c.Kebijakan ini kurang didukung raja-raja dan para bangsawan, karena Inggris tak mau mengakui suksesi jabatan secara turun-temurun.
ÿ Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), Belanda yang saat itu menganut paham Merkantilis benar-benar menancapkan kukunya di Hindia Belanda. Belanda melimpahkan wewenang untuk mengatur Hindia Belanda kepada VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), sebuah perusahaan yang didirikan dengan tujuan untuk menghindari persaingan antar sesama pedagang Belanda, sekaligus untuk menyaingi perusahaan imperialis lain seperti EIC (Inggris).
Untuk mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrooi, yang antara lain meliputi :
a.Hak mencetak uang
b.Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai
c.Hak menyatakan perang dan damai
d.Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
e.Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja
Hak-hak itu seakan melegalkan keberadaan VOC sebagai “penguasa” Hindia Belanda. Namun walau demikian, tidak berarti bahwa seluruh ekonomi Nusantara telah dikuasai VOC.
Kenyataannya, sejak tahun 1620, VOC hanya menguasai komoditi-komoditi ekspor sesuai permintaan pasar di Eropa, yaitu rempah-rempah. Kota-kota dagang dan jalur-jalur pelayaran yang dikuasainya adalah untuk menjamin monopoli atas komoditi itu. VOC juga belum membangun sistem pasokan kebutuhan-kebutuhan hidup penduduk pribumi. Peraturan-peraturan yang ditetapkan VOC seperti verplichte leverentie (kewajiban meyerahkan hasil bumi pada VOC ) dan contingenten (pajak hasil bumi) dirancang untuk mendukung monopoli itu. Disamping itu, VOC juga menjaga agar harga rempah-rempah tetap tinggi, antara lain dengan diadakannya pembatasan jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh ditanam penduduk, pelayaran Hongi dan hak extirpatie (pemusnahan tanaman yang jumlahnya melebihi peraturan). Semua aturan itu pada umumnya hanya diterapkan di Maluku yang memang sudah diisolasi oleh VOC dari pola pelayaran niaga samudera Hindia.
Dengan memonopoli rempah-rempah, diharapkan VOC akan menambah isi kas negri Belanda, dan dengan begitu akan meningkatkan pamor dan kekayaan Belanda. Disamping itu juga diterapkan Preangerstelstel, yaitu kewajiban menanam tanaman kopi bagi penduduk Priangan. Bahkan ekspor kopi di masa itu mencapai 85.300 metrik ton, melebihi ekspor cengkeh yang Cuma 1.050 metrik ton.
Namun, berlawanan dengan kebijakan merkantilisme Perancis yang melarang ekspor logam mulia, Belanda justru mengekspor perak ke Hindia Belanda untuk ditukar dengan hasil bumi. Karena selama belum ada hasil produksi Eropa yang dapat ditawarkan sebagai komoditi imbangan,ekspor perak itu tetap perlu dilakukan. Perak tetap digunakan dalam jumlah besar sebagai alat perimbangan dalam neraca pembayaran sampai tahun 1870-an.
Pada tahun 1795, VOC bubar karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi kekayaan Hindia Belanda. Kegagalan itu nampak pada defisitnya kas VOC, yang antara lain disebabkan oleh :
a.Peperangan yang terus-menerus dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar, terutama perang Diponegoro.
b.Penggunaan tentara sewaan membutuhkan biaya besar.
c.Korupsi yang dilakukan pegawai VOC sendiri.
d.Pembagian dividen kepada para pemegang saham, walaupun kas defisit.
Maka, VOC diambil-alih (digantikan) oleh republik Bataaf (Bataafsche Republiek).
Republik Bataaf dihadapkan pada suatu sistem keuangan yang kacau balau. Selain karena peperangan sedang berkecamuk di Eropa (Continental stelstel oleh Napoleon), kebobrokan bidang moneter sudah mencapai puncaknya sebagai akibat ketergantungan akan impor perak dari Belanda di masa VOC yang kini terhambat oleh blokade Inggris di Eropa.
Sebelum republik Bataaf mulai berbenah, Inggris mengambil alih pemerintahan di Hindia Belanda.
ÿ Pendudukan Inggris (1811-1816)
Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad diterapkan oleh Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Sistem ini sudah berhasil di India, dan Thomas Stamford Raffles mengira sistem ini akan berhasil juga di Hindia Belanda. Selain itu, dengan landrent, maka penduduk pribumi akan memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris atau yang diimpor dari India. Inilah imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan tidak sekedar untuk dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah pemasaran produk dari negara penjajah. Sesuai dengan teori-teori mazhab klasik yang saat itu sedang berkembang di Eropa, antara lain :
a.Pendapat Adam Smith bahwa tenaga kerja produktif adalah tenaga kerja yang menghasilkan benda konkrit dan dapat dinilai pasar, sedang tenaga kerja tidak produktif menghasilkan jasa dimana tidak menunjang pencapaian pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, Inggris menginginkan tanah jajahannya juga meningkat kemakmurannya, agar bisa membeli produk-produk yang di Inggris dan India sudah surplus (melebihi permintaan).
b.Pendapat Adam Smith bahwa salah satu peranan ekspor adalah memperluas pasar bagi produk yang dihasilkan (oleh Inggris) dan peranan penduduk dalam menyerap hasil produksi.
c.The quantity theory of money bahwa kenaikan maupun penurunan tingkat harga dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar.
Akan tetapi, perubahan yang cukup mendasar dalam perekonomian ini sulit dilakukan, dan bahkan mengalami kegagalan di akhir kekuasaan Inggris yang Cuma seumur jagung di Hindia Belanda. Sebab-sebabnya antara lain :
a.Masyarakat Hindia Belanda pada umumnya buta huruf dan kurang mengenal uang, apalagi untuk menghitung luas tanah yang kena pajak.
b.Pegawai pengukur tanah dari Inggris sendiri jumlahnya terlalu sedikit.
c.Kebijakan ini kurang didukung raja-raja dan para bangsawan, karena Inggris tak mau mengakui suksesi jabatan secara turun-temurun.
ÿ
Cultuur stelstel
Cultuur stelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van Den Bosch. Tujuannya adalah untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada permintaannya di pasaran dunia. Sejak saat itu, diperintahkan pembudidayaan produk-produk selain kopi dan rempah-rempah, yaitu gula, nila, tembakau, teh, kina, karet, kelapa sawit, dll. Sistem ini jelas menekan penduduk pribumi, tapi amat menguntungkan bagi Belanda, apalagi dipadukan dengan sistem konsinyasi (monopoli ekspor). Setelah penerapan kedua sistem ini, seluruh kerugian akibat perang dengan Napoleon di Belanda langsung tergantikan berkali lipat.
Sistem ini merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan penggunaan uang pada masyarakat pribumi. Masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor dan menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Cultuurstelstel melibatkan para bangsawan dalam pengumpulannya, antara lain dengan memanfaatkan tatanan politik Mataram--yaitu kewajiban rakyat untuk melakukan berbagai tugas dengan tidak mendapat imbalan--dan memotivasi para pejabat Belanda dengan cultuurprocenten (imbalan yang akan diterima sesuai dengan hasil produksi yang masuk gudang).
Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu cultuurstelstel amat memeras keringat dan darah mereka, apalagi aturan kerja rodi juga masih diberlakukan. Namun segi positifnya adalah, mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup mereka. Bagi pemerintah Belanda, ini berarti bahwa masyarakat sudah bisa menyerap barang-barang impor yang mereka datangkan ke Hindia Belanda. Dan ini juga merubah cara hidup masyarakat pedesaan menjadi lebih komersial, tercermin dari meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi nonagraris.
Jelasnya, dengan menerapkan cultuurstelstel, pemerintah Belanda membuktikan teori sewa tanah dari mazhab klasik, yaitu bahwa sewa tanah timbul dari keterbatasan kesuburan tanah. Namun disini, pemerintah Belanda hanya menerima sewanya saja, tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk menggarap tanah yang kian lama kian besar. Biaya yang kian besar itu meningkatkan penderitaan rakyat, sesuai teori nilai lebih (Karl Marx), bahwa nilai leih ini meningkatkan kesejahteraan Belanda sebagai kapitalis.
ÿSistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal)
Adanya desakan dari kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga pribumi ke arah yang lebih baik, mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengubah kebijakan ekonominya. Dibuatlah peraturan-peraturan agraria yang baru, yang antara lain mengatur tentang penyewaan tanah pada pihak swasta untuk jangka 75 tahun, dan aturan tentang tanah yang boleh disewakan dan yang tidak boleh. Hal ini nampaknya juga masih tak lepas dari teori-teori mazhab klasik, antara lain terlihat pada :
a.Keberadaan pemerintah Hindia Belanda sebagai tuan tanah, pihak swasta yang mengelola perkebunan swasta sebagai golongan kapitalis, dan masyarakat pribumi sebagai buruh penggarap tanah.
b.Prinsip keuntungan absolut : Bila di suatu tempat harga barang berada diatas ongkos tenaga kerja yang dibutuhkan, maka pengusaha memperoleh laba yang besar dan mendorong mengalirnya faktor produksi ke tempat tersebut.
c.Laissez faire laissez passer, perekonomian diserahkan pada pihak swasta, walau jelas, pemerintah Belanda masih memegang peran yang besar sebagai penjajah yang sesungguhnya.
Pada akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pribumi, tapi malah menambah penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang pada umumnya tidak diperlakukan layak.
ÿPendudukan Jepang(1942-1945),Pemerintah militer Jepang menerapkan suatu kebijakan pengerahan sumber daya ekonomi mendukung gerak maju pasukan Jepang dalam perang Pasifik. Sebagai akibatnya, terjadi perombakan besar-besaran dalam struktur ekonomi masyarakat. Kesejahteraan rakyat merosot tajam dan terjadi bencana kekurangan pangan, karena produksi bahan makanan untuk memasok pasukan militer dan produksi minyak jarak untuk pelumas pesawat tempur menempati prioritas utama. Impor dan ekspor macet, sehingga terjadi kelangkaan tekstil yang sebelumnya didapat dengan jalan impor.
Seperti ini lah sistem sosialis ala bala tentara Dai Nippon. Segala hal diatur oleh pusat guna mencapai kesejahteraan bersama yang diharapkan akan tercapai seusai memenangkan perang Pasifik.
Cultuur stelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van Den Bosch. Tujuannya adalah untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada permintaannya di pasaran dunia. Sejak saat itu, diperintahkan pembudidayaan produk-produk selain kopi dan rempah-rempah, yaitu gula, nila, tembakau, teh, kina, karet, kelapa sawit, dll. Sistem ini jelas menekan penduduk pribumi, tapi amat menguntungkan bagi Belanda, apalagi dipadukan dengan sistem konsinyasi (monopoli ekspor). Setelah penerapan kedua sistem ini, seluruh kerugian akibat perang dengan Napoleon di Belanda langsung tergantikan berkali lipat.
Sistem ini merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan penggunaan uang pada masyarakat pribumi. Masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor dan menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Cultuurstelstel melibatkan para bangsawan dalam pengumpulannya, antara lain dengan memanfaatkan tatanan politik Mataram--yaitu kewajiban rakyat untuk melakukan berbagai tugas dengan tidak mendapat imbalan--dan memotivasi para pejabat Belanda dengan cultuurprocenten (imbalan yang akan diterima sesuai dengan hasil produksi yang masuk gudang).
Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu cultuurstelstel amat memeras keringat dan darah mereka, apalagi aturan kerja rodi juga masih diberlakukan. Namun segi positifnya adalah, mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup mereka. Bagi pemerintah Belanda, ini berarti bahwa masyarakat sudah bisa menyerap barang-barang impor yang mereka datangkan ke Hindia Belanda. Dan ini juga merubah cara hidup masyarakat pedesaan menjadi lebih komersial, tercermin dari meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi nonagraris.
Jelasnya, dengan menerapkan cultuurstelstel, pemerintah Belanda membuktikan teori sewa tanah dari mazhab klasik, yaitu bahwa sewa tanah timbul dari keterbatasan kesuburan tanah. Namun disini, pemerintah Belanda hanya menerima sewanya saja, tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk menggarap tanah yang kian lama kian besar. Biaya yang kian besar itu meningkatkan penderitaan rakyat, sesuai teori nilai lebih (Karl Marx), bahwa nilai leih ini meningkatkan kesejahteraan Belanda sebagai kapitalis.
ÿSistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal)
Adanya desakan dari kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga pribumi ke arah yang lebih baik, mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengubah kebijakan ekonominya. Dibuatlah peraturan-peraturan agraria yang baru, yang antara lain mengatur tentang penyewaan tanah pada pihak swasta untuk jangka 75 tahun, dan aturan tentang tanah yang boleh disewakan dan yang tidak boleh. Hal ini nampaknya juga masih tak lepas dari teori-teori mazhab klasik, antara lain terlihat pada :
a.Keberadaan pemerintah Hindia Belanda sebagai tuan tanah, pihak swasta yang mengelola perkebunan swasta sebagai golongan kapitalis, dan masyarakat pribumi sebagai buruh penggarap tanah.
b.Prinsip keuntungan absolut : Bila di suatu tempat harga barang berada diatas ongkos tenaga kerja yang dibutuhkan, maka pengusaha memperoleh laba yang besar dan mendorong mengalirnya faktor produksi ke tempat tersebut.
c.Laissez faire laissez passer, perekonomian diserahkan pada pihak swasta, walau jelas, pemerintah Belanda masih memegang peran yang besar sebagai penjajah yang sesungguhnya.
Pada akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pribumi, tapi malah menambah penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang pada umumnya tidak diperlakukan layak.
ÿPendudukan Jepang(1942-1945),Pemerintah militer Jepang menerapkan suatu kebijakan pengerahan sumber daya ekonomi mendukung gerak maju pasukan Jepang dalam perang Pasifik. Sebagai akibatnya, terjadi perombakan besar-besaran dalam struktur ekonomi masyarakat. Kesejahteraan rakyat merosot tajam dan terjadi bencana kekurangan pangan, karena produksi bahan makanan untuk memasok pasukan militer dan produksi minyak jarak untuk pelumas pesawat tempur menempati prioritas utama. Impor dan ekspor macet, sehingga terjadi kelangkaan tekstil yang sebelumnya didapat dengan jalan impor.
Seperti ini lah sistem sosialis ala bala tentara Dai Nippon. Segala hal diatur oleh pusat guna mencapai kesejahteraan bersama yang diharapkan akan tercapai seusai memenangkan perang Pasifik.
2.1
Pemerintahan Masa Orde Lama
Demi kebutuhan
membentuk Badan Konstituante untuk menyusun konstitusi baru menggantikan UUD
1945, Bung Karno menyetujui penyelenggaraan Pemilu tahun 1955, pemilu pertama
dan satu-satunya Pemilu selama pemerintahan Bung Karno. Pemilu tersebut
menghasilkan empat besar partai pemenang yakni PNI, Masjumi, NU dan PKI.
Usai Pemilu, Badan
Konstituante yang disusun berdasarkan hasil Pemilu, mulai bersidang untuk
menyusun UUD baru. Namun sidang-sidang secara marathon selama lima tahun gagal
mencapai kesepakatan untuk menetapkan sebuah UUD yang baru.
Menyadari bahwa negara
berada di ambang perpecahan, Bung Karno dengan dukungan Angkatan Darat,
mengumumkan dekrit 5 Juli 1959. Isinya; membubarkan Badan Konstituante dan
kembali ke UUD 1945. Sejak 1959 sampai 1966, Bung Karno memerintah dengan
dekrit, menafikan Pemilu dan mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup.
Pemerintahan
parlementer yang berpegang pada UUD Sementara, juga jatuh dan bangun oleh mosi
tidak percaya. Akibatnya, kondisi ekonomi morat-marit. Sementara itu, para
pemimpin Masjumi dan PSI terlibat dalam pemberontakan PRRI/Permesta. Kemudian,
Bung Karno membubarkan kedua partai tersebut.
Pada fase kedua
kepemimpinannya, 1959-1967, Bung Karno menerapkan demokrasi terpimpin. Semua
anggota DPRGR dan MPRS diangkat untuk mendukung program pemerintahannya yang
lebih fokus pada bidang politik. Bung Karno berusaha keras menggiring
partai-partai politik ke dalam ideologisasi NASAKOM—Nasional, Agama dan
Komunis. Tiga pilar utama partai politik yang mewakili NASAKOM adalah PNI, NU
dan PKI. Bung Karno menggelorakan Manifesto Politik USDEK. Dia menggalang
dukungan dari semua kekuatan NASAKOM.
Namun di tengah
tingginya persaingan politik Nasakom itu, pada tahun 1963, bangsa ini berhasil
membebaskan Irian Barat dari cengkraman Belanda. Saat itu yang menjadi Panglima
Komando Mandala (pembebasan Irja) adalah Mayjen Soeharto.
Tahun 1964-965, Bung
Karno kembali menggelorakan semangat revolusioner bangsanya ke dalam peperangan
(konfrontasi) melawan Federasi Malaysia yang didukung Inggris.
Sementara, dalam
kondisi itu, tersiar kabar tentang sakitnya Bung Karno. Situasi semakin runyam
tatkala PKI melancarkan Gerakan 30 September 1965. Tragedi pembunuhan tujuh
jenderal Angkatan Darat tersebut menimbulkan situasi chaos di seluruh negeri.
Kondisi politik dan keamanan hampir tak terkendali.
Pergolakan politis pada
akhir masa Orde Lama juga terjadi di Malang karena aktifitas PKI / Komunis
cukup banyak mempengaruhi masyarakat terutama golongan pemuda. Terjadi rapat2
umum, demonstrasi, kerusuhan dan bentrokan fisik antara pendukung Komunis
dengan pendukung Pancasila, salah satunya yang terkenal adalah penyerbuan
Gedung Sarinah sekarang. Akhirnya kelompok Komunis dapat dikalahkan dan
melarikan diri ke daerah Blitar sehingga dilakukan operasi militer Sandhi Yudha
yang mengakhiri petualangan Komunis di Indonesia.
Menyadari kondisi
tersebut, Bung Karno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 kepada Jenderal
Soeharto. Ia mengangkat Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Keamanan dan
Ketertiban (Kopkamtib) yang bertugas mengembalikan keamanan dan ketertiban.
Langkah penertiban pertama yang dilakukan Pak Harto, sejalan dengan tuntutan
rakyat ketika itu, membubarkan PKI.
Bung Karno, setelah
tragedi berdarah tersebut, dimintai pertanggungjawaban di dalam sidang istimewa
MPRS tahun 1967. Pidato pertanggungjawaban Bung Karno ditolak. Orde Lama
dibawah pimpinan Presiden Soekarno berakhir setelah didahului oleh
pemberontakan Partai Komunis Indonesia yang gagal pada tanggal 30 September
1965.
Dengan berbekal Surat
Perintah tertanggal 11 Maret 1966, Panglima Komando Cadangan Strategis TNI
Angkatan Darat (Kostrad) pada waktu itu, Letjen TNI Soeharto membubarkan PKI
dan organisasi-organisasi masyarakat yang dinaunginya. Kemudian Pak Harto
diangkat selaku Pejabat Presiden. Pak Harto dikukuhkan oleh MPRS menjadi
Presiden RI yang Kedua, Maret 1968.
Gerakan pembersihan
terhadap unsur-unsur PKI ini kemudian berbuntut pada pembunuhan puluhan (ada
pula yang mengatakan ratusan) ribu penduduk Indonesia yang dicurigai terlibat
atau bersimpati pada gerakan komunis. Kuatnya stigma komunis yang menakutkan
banyak orang membuat sampai kini belum pernah ada penyelidikan independen
mengenai korban-korban yang jatuh pada saat itu, meskipun diyakini tidak semua
korban memang terbukti bersalah.
Atas dukungan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara yang dipimpin oleh Ketuanya saat itu, Letjen
TNI Abdul Harris Nasution, Letjen TNI Soeharto kemudian dikukuhkan menjadi
pejabat Presiden Republik Indonesia. Kekuasaan Orde Baru dibawah presiden kedua
ini dikukuhkan melalui pemilihan umum tahun 1971.
Sementara pembangunan
ekonomi, selama 22 tahun Indonesia merdeka, praktis dikesampingkan. Kalaupun
ada, pembangunan ekonomi dilaksanakan secara sporadis, tanpa panduan APBN.
Pembangunan dilakukan hanya dengan mengandalkan dana pampasan perang Jepang.
2.2
Penerapan Demokrasi Orde Lama
Kabinet-Ali-Sastroamidjojo
Pada masa Orde lama,
Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi dunia
yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi politik dan
keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada
dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi
masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah masa pencarian bentuk implementasi
Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila diimplementasikan dalam
bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama. Terdapat 3 periode implementasi
Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan periode
1959-1966.
Orde Lama telah dikenal prestasinya
dalam memberi identitas, kebanggaan nasional dan mempersatukan bangsa
Indonesia. Namun demikian, Orde Lama pula yang memberikan peluang bagi
kemungkinan kaburnya identitas tersebut (Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945). Beberapa peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan identitas nasional
kita adalah; Pemberontakan PKI pada tahun 1948, Demokrasi Terpimpin,
Pelaksanaan UUD Sementara 1950, Nasakom dan Pemberontakan PKI 1965.
Pembentukan
Konstituante dan Demokrasi Terpimpin Presiden Soekarno (1950-1959)
Sebelum Republik Indonesia Serikat
dinyatakan bubar, pada saat itu terjadi demo besar-besaran menuntut pembuatan
suatu Negara Kesatuan. Maka melalui perjanjian antara tiga negara bagian,
Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, & Negara Sumatera Timur
dihasilkan perjanjian pembentukan Negara Kesatuan pada tanggal 17 Agustus 1950.
Sejak 17 Agustus 1950, Negara Indonesia diperintah dengan menggunakan
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 yg menganut sistem
kabinet parlementer.
Era 1950-1959
adalah di mana presiden Soekarno
memerintah menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik
Indonesia 1950. Periode ini berlangsung mulai dari 17 Agustus 1950 sampai 6
Juli 1959.
2.3
Kondisi Keadaan Perekonomian Negara Kita Sangat Buruk, Hal Itu Disebabkan
Karena :
1.
Inflasi yang sangat tinggi, hal ini
disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang di negara kita yang
sangat tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI
menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De
Javashe Bank ,mata uang pemerintah Hindia Belanda,dan mata uang pendudukan
Jepang. banyaknya uang yang beredar di negara kita menyebabkan harga-harga di negara
kita menjadi meningkat.
2.
Adanya blockade ekonomi oleh Belanda
sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negeri RI.
3.
Kas negara kosong.
4.
Ekspliotasi besar-besaran dimasa
penjajahan.
Usaha - Usaha yang dilakukan untuk
mengatasi kesulitan ekonomi.
1.
Bangsa kita melakukan Program Pinjaman
oleh menteri keuangan IR.
2.
Upaya melakukan blokade dengan
menawarkan bantuan padi sebanyak 500.000 ton ke india (karena india merupakan
Negara yang mempunyai nasib sama seperti Indonesia yang pernah di jajah) dan
india menyerahkan obat-obatan ke Indonesia.
3.
Konferensi Ekonomi pada bulan februari
1946, yang tujuannya untuk memperoleh kesepakatan yang bulat ketika
menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesar, seperti : masalah
produksi, makanan, sandang.
4.
Pembentukan Planning Board (Badan
Perancang Ekonomi ) pada tanggal 19 januari 1947.
Upaya- upaya tersebut
tahun ke tahun terus dilakukan untuk merubah perekonomian Indonesia sedikit
demi sedikit . Dan Pada saat Demokrasi Terpimpin sekitar tahun 1959-1967.
Sebagai akibat dari dekrit Presiden 5 Juli 1959 Indonesia menjalankan sistem
demokrasi terpimpin yang isinya segala sesuatu baik stuktur ekonomi indonesia
diatur sepenuhnya oleh pemerintah. Hal ini di lakukan agar dapat membawa
kemakmuran masyarakat indonesia. Akan tetapi, kebijakan ini belum dapat memperbaiki keadaan kondisi di negara
ini. hal ini di lihat ketika pemerintah menjadikan uang Rp 1.000 menjadi Rp. 1
Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama,
tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi.
Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan
angka inflasi.
Beberapa kebijakan yang diambil dibawah
pemerintahan Soekarno diantaranya :
·
Nasionalisasi Bank Java menjadi Bank
Indonesia
Menghadapi
”watak kolonial” yang masih bercokol terutama di lapangan ekonomi, pemerintah
berupaya mengambil langkah untuk menyelamatkan sektor yang dianggap strategis,
terutama perbankan. Pada tahun 1953, dilakukan nasionalisasi terhadap Bank Java
dan kemudian namanya berubah menjadi ”Bank Indonesia”. Serta membentuk dua
Financial Bank yaitu: Bank Industri Negara (BIN) yang akan membiayai
proyek-proyek indutri; dan Bank Negara Indonesia (BNI) yang menyediakan
foreign-exchange sekaligus membiayai kegiatan impor.
·
Mengamankan usaha-usaha yang menyangkut
harkat hidup orang banyak
Langkah
pemerintah berikutnya adalah mengamankan usaha-usaha yang menyangkut harkat
hidup orang banyak, seperti: balai gadai, beberapa wilayah pertanian yang
penting, pos, telepon, listrik, pelabuhan, pertambangan batu bara dan rel
kereta. Selanjutnya pemerintah membiayai perusahan negara melalui BIN di sektor
produksi semen, tekstil, perakitan mobil, gelas, dan botol.
·
Berusaha memutuskan kontrol Belanda
dalam bidang perdagangan ekspor-impor
Langkah
terakhir pemerintah adalah berusaha memutuskan kontrol Belanda dalam bidang
perdagangan ekspor-impor dengan mendirikan Pusat Perusahaan Perdagangan pada
tahun 1948 untuk mengekspor produk pertanian Indonesia. Pemerintah juga
mendirikan USINDO pada tahun 1956 untuk mengekspor industri manufaktur -yang
dibiayai oleh BIN- dan mengimpor bahan mentah untuk keperluan industri mereka.
·
Serta beberapa kebijakan lainya yang
ditujukan untuk memajukan perekonomian
indonesia.
Hampir seluruh
program ekonomi pemerintahan Soekarno kandas di tengah jalan. sistem ekonomi
terpimpin menuntut seluruh unsur perekonomian Indonesia menjadi alat revolusi.
Dalam ekonomi terpimpin, kegiatan perekonomian ditekankan pada konsepsi gotong
royong dan kekeluargaan sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 33 UUD 1945. Dalam
perkembangan selanjutnya, kegiatan ekonomi pada masa terpimpin juga dilandaskan
atas strategi dasar ekonomi Indonesia yang diamanatkan dalam Deklarasi Ekonomi
(DEKON) oleh Presiden Soekarno pada tanggal 28 Maret 1963.
Pada masa orde lama ada dua pelaksanaan
:
1.
Masa demokrasi terpimpin
2.
Masa demokrasi liberal
Demokrasi yang dipakai
adalah demokrasi parlementer atau demokrasi liberal. Demokrasi pada masa itu
telah dinilai gagal dalam menjamin stabilitas politik. Ketegangan politik demokrasi
liberal atau parlementer disebabkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Dominanya politik aliran maksudnya
partai politik yang sangat mementingkan kelompok atau alirannya sendiri dari
pada mengutamakan kepentingan bangsa
2.
Landasan sosial ekonomi rakyat yang
masih rendah
3.
Tidak mampunya para anggota konstituante
bersidang dalam mennetukan dasar negara.
2.4 Masa Demokrasi
Liberal (1950-1957)
Masa ini disebut
masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya menggunakan
prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan
pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire
laissez passer.Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing
dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk
kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk
mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
·
Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan
nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk mengurangi jumlah uang yang beredar
agar tingkat harga turun.
·
Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi
Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi
sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
·
Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu
upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong importir nasional agar
bisa bersaing dengan perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang
tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi serta
memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi
dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat
pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan
pengusaha non-pribumi.
·
Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali
Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan
kerjasama antara pengusaha cina dan pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi
diwajibkan memberikan latihan-latihan pada pengusaha pribumi, dan pemerintah
menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Program ini
tidak berjalan dengan baik, karena pengusaha pribumi kurang berpengalaman,
sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.
·
Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB,
termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda
yang menjual perusahaannya, akan tetapi pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa
mengambil alih perusahaan-perusahaan tersebut.
2.5 Masa Demokrasi Terpimpin
(1959-1967)

Sebagai akibat dari
dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi
terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme
(segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan
membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi
(Mazhab Sosialisme). Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil
pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia,
antara lain :
1.
Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus
1959 menurunkan nilai uang. Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang
kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp 100,dan semua simpanan di bank yang melebihi
25.000 dibekukan.
2.
Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon)
untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam
pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia.
Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik 400%.
3.
Devaluasi yang dilakukan pada 13
Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang
rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama, tapi di
masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi. Maka
tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka
inflasi.
2.6 Masalah Yang Dihadapi Pada Masa
Pemerintahan Soekarno
1.
Selama Orde Lama telah terjadi berbagai
penyimpangan, dimana ekonomi terpimpin yang mula-mula disambut baik oleh bung
Hatta, ternyata berubah menjadi ekonomi komando yang statistik (serba negara).
Selama periode 1959 – 1966 ini perekonomian cepat memburuk dan inflasi
merajalela karena politik dijadikan panglima dan pembangunan
ekonomi
disubordinasikan pada pembangunan politik. (Mubyarto, 1990).
2.
Ada hubungan yang erat antara jumlah
uang yang beredar dan tingkat harga (Stephen Genville dalam Anne Booth dan McCawley,
ed., 1990).
Tahun
|
DJUB
(%)
|
Dharga
(%)
|
1960
|
39
|
19
|
1961
|
42
|
72
|
1962
|
99
|
158
|
1963
|
95
|
128
|
1964
|
156
|
135
|
1965
|
280
|
595
|
1966
|
763
|
635
|
Sumber
: Bank Indonesia, Laporan Tahunan jakarta, Berbagai Edisi.
Selama
tahun 60-an sumber penciptaan uang oleh sektor pemerintah merupakan penyebab
terpenting dari naiknya jumlah uang yang beredar.
3.
Tahun 1960-an cadangan devisa yang
sangat rendah mengakibatkan timbulnya
kekurangan bahan mentah dan suku cadang yang masih harus diimpor dan
diperkirakan dalam tahun 1966 sektor industri hanya bekerja 30% dari kapasitas
yang ada (Peter McCawley dalam Anne booth dan Peter McCawley, ed., 1990).
2.7 Rencana dan Kebijaksanaan Ekonomi
Rencana : pembangunan
nasional semesta berencana (PNSB) 1961-1969. Rencana pembangunan ini disusun
berlandasarkann “Manfesto Politik 1960” untuk meningkatkan kemakmuran rakyat
dengan azas ekonomi terpimpin.
Faktor yang menghambat/
kelemahannya antara lain :
1.
Rencana ini tidak mengikuti
kaidah-kaidah ekonomi yang lazim.
2.
Defisit anggaran yang terus meningkat
yang mengakibatkan hyper inflasi.
3.
Kondisi ekonomi dan politik saat itu:
dari dunia luar (Barat) Indonesia sudah terkucilkan karena sikpanya yang
konfrontatif. Sementara di dalam negeri pemerintah selalu mendapat rongrongan
dari golongan kekuatan politik “kontra-revolusi” (Muhammad Sadli, Kompas, 27
Juni 1966, Penyunting Redaksi Ekonomi Harian Kompas, 1982).
Beberapa kebijaksanaan ekonomi –
keuangan:
1.
Dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
1/M/61 tanggal 6 Januari 1961: Bank Indonesia dilarang menerbitkan laporan
keuangan/ statistik keuangan, termasuk analisis dan perkembangan perekonomian
Indonesia.
2.
Pada tanggal 28 Maret 1963 Presiden
Soekarno memproklamirkan berlakunya Deklarasi Ekonomi dan pada tanggal 22 Mei
1963 pemerintah menetapkan berbagai peraturan negara di bidang perdagangan dan
kepegawaian.
3.
Pokok perhatian diberikan pada aspek
perbankan, namun nampaknya perhatian ini diberikan dalam rangka penguasaan
wewenang mengelola moneter di tangan penguasa. Hal ini nampak dengan adanya
dualisme dalam mengelola moneter. (Suroso, 1994).
4.
Kegagalan-kegagalan dalam berbagai
tindakan moneter itu diperparah karena pemerintah tidak menghemat
pengeluaran-pengeluarannya. Pada masa ini banyak proyek-proyek mercusuar yang
dilaksanakan pemerintah, dan juga sebagai akibat politik konfrontasi dengan
Malaysia dan negara-negara Barat. Sekali lagi, ini juga salahsatu konsekuensi
dari pilihan menggunakan sistem demokrasi terpimpin yang bisa diartikan bahwa
Indonesia berkiblat ke Timur (sosialis) baik dalam politik, ekonomi, maupun
bidang-bidang lain.
2.8 Bukti Kemegahan Indonesia
Peninggalan Orde Lama
1.
MASJID ISTIQAL
Masjid Istiqlal adalah
masjid yang terletak di pusat ibukota negara Republik Indonesia, Jakarta.
Masjid ini adalah masjid terbesar di Asia Tenggara. Masjid ini diprakarsai oleh
Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Sukarno di mana pemancangan batu
pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh
Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951. Arsitek Masjid Istiqlal adalah
Frederich Silaban.Yang Seorang Kristen, dengan komplek gereja kathredal di
depannya,masjid ini berserta kathredal di depannya dapat melambangkan persatuan
etnis,suku,dan agama
2.
MONAS (MONUMEN NASIONAL)
Monumen Nasional atau
yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan
setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan
perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan
kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17
Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan monumen ini dibuka untuk
umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi
lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen
Nasional yang terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat.
Monumen dan museum ini dibuka mulai pukul 08.00 - 15.00 Waktu Indonesia Barat
setiap hari sepanjang pekan, kecuali hari senin pada pekan terakhir setiap
bulannya monumen ini tutup. Dirancang oleh 2arsitek, salah satu nya arsitek
nomor 1 Indonesia, Silaban dan R. M. Soedarsono,Bahkan saat ini tugu ini
dilengkapi berbagai fasilitas seperti ruangan bawah tanah seperti bunker dan
berbagai peninggalan sejarah, budaya dan lain-lain Bangsa dan Negara Indonesia.
didalam bangunan ini terdapat beberapa objek yang terbuat dari emas.
3.
ISTANA BOGOR
Merupakan salah satu
dari enam Istana Presiden Republik Indonesia yang mempunyai keunikan
tersendiri. Keunikan ini dikarenakan aspek historis, kebudayaan dan fauna yang
menonjol. Salah satunya adalah adanya rusa – rusanya yang indah yang
didatangkan langsung dari Nepal dan tetap terjaga dari dulu sampai sekarang.
Saat ini sudah menjadi trend warga Bogor
dan sekitarnya setiap hari Sabtu, Minggu dan hari libur lainnya berjalan- jalan
diseputaran Istana Bogor sambil memberi makan rusa- rusa indah yang hidup di
halaman Istana Bogor dengan wortel yang diperoleh dari petani- petani
tradisional warga Bogor yang selalu siap sedia menjajakan wortel- wortel
tersebut setiap hari libur.
2.9
pola kebijakan ekonomi orde lama
Pola.Kebijakan.Ekonomi.Orde.lama.Pada
awal kemerdekaan tahun 1945-1949, ekonomi nasional mengalami kemandegan karena
rakyat Indonesia sedang berjuang mempertahankan kemerdekaan. Seluruh potensi
yang ada di kerahkan untuk mendukung pejuangan agar kemerdekaan yang telah di
proklamirkan dapat dipertahankan. Baru setelah indonesia benar-benar memperoleh
kemerdekaaan secara de fakto dan de jure dari penjajah Belanda dan Jepang,
pemerintahan Indonesia yang terbentuk mulai memfokuskan kinerjanya pada
masalah-masalah perekonomian. Namun pada waktu itu, Indonesia yang baru saja
merdeka dari tangan penjajah terjebak di antara dua kutub ideologis, yaitu
Kapitalisme dan Komunisme.
Dua kutub tersebut menjadi suatu
keniscayaan dari pengutuban ideologi politik pasca perang, Amerika serikat di
kubu Kapitalis, dan Uni Soviet di kubu Komunis. Bisanya negara-negara bekas
jajahan termasuk Indonesia, secara ideologi politik sangat berdekatan dengan
nilai-nilai sosialisme, karena sifat-sifat anti-imperialismenya. Pada waktu itu
di Indonesia sendiri, terjadi perbedaan pandangan dan polemik mengenai
pembangunan ekonomi pasca kemerdekaan. Perbedaan pandangan ini berkisar antara
aliran “revolusi belum selesai” dan “revolusi telah selesai”. Saat itu, ada
pendapat yang di pelopori oleh Bung Karno, “bahwa revolusi Indonesia belum
selesai, yaitu dengan mengusir imperialisme dan menghapuskan feodalisme. Selama
dua fenomena ini belum diselesaikan, maka Indonesia belum siap membangun”.
Pendapat lain yang di pelopori oleh bung Hatta, lebih berpendapat, “bahwa semua
kegiatan revolusi hendaknya di hentikan segera agar pemerintah bisa melakukan
konsolidasi untuk memulai pembangunan ekonomi” .
Tampaknya dari kedua pendapat yang di pelopori
oleh para fonding father tersebut, mungkin pendapat yang dapat di terima pada
saat itu oleh pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia secara rasional adalah
pendapat dari Bung Hatta. Karena yang patut disadari adalah bahwa setelah
Indonesia merdeka dari bangsa-bangsa imperialis, negara Indonesia bisa
dikatakan sangat minim Sumber Daya Modal yang akan digunakan untuk membangun
kembali perekonomian Indonesia yang hancur di sebabkan oleh penjajahan tiga
setengah abad lamanya. Untuk itulah, pendapat dari Bung Hatta sangat besar
sekali pengaruhnya bagi kebijakan ekonomi Indonesia, sehingga pendapat tersebut
diimplementasikan secara pragmatis dalam periode Demokrasi Parlementer
1950-1957 . Pada periode ini,
pemerintahan di pimpin oleh seorang Perdana Menteri M. Natsir yang berasal dari
Partai Masyumi.
Kebijaksanaan ekonomi pada periode kabinet
Natsir beranggapan bahwa, pertama : modal asing diperlukan oleh perekonomian
Indonesia, kedua : modal asing dapat di awasi dengan melalui peraturan
pemerintah, ketiga : nasionalisasi perusahaan asing tidak ada gunanya apabila
modal asing belum bisa di gantikan oleh perusahaan-perusahaan pribumi yang
mampu mempertahankan tingkat produktivitas dan efisiensi tehnik serta manajemen
yang setara. Dr. Soemitro Djojohadikusumo, sebagai Menteri Perdagangan dan
Industri pada peiode demokrasi parlementer juga berpendapat, bahwa “negara
harus memainkan peran yang menentukan, terutama pada tahap awal pembangunannya
dan bahwa pengusaha-pengusaha asing mutlak harus di awasi karena belum terdapat
kelompok-kelompok pengusaha yang kreatif dari kalangan bangsa Indonesia.sendiri”
. Dari Kebijakan ekonomi yang telah di keluarkan oleh pemerintah Indonesia
pasca kemerdekaan, terlihat sangat jelas sekali nilai-nilai nasionalisme yang
terkandung dalam kebijakan “ekonomi nasional” Indonesia. Dalam hal ini banyak
pengamat ekonomi di Indonesia menyebutkan bahwa periode tersebut adalah periode
“nasionalisme ekonomi” yang berarti mencakup tiga dimensi pembangunan ekonomi
Indonesia. Pertama, suatu perekonomian yang beragam dan stabil, yang berarti di
tiadakannya ketergantungan yang besar kepada ekspor bahan mentah. Kedua, suatu
perekonomian yang sudah berkembang dan makmur atau pembangunan ekonomi.
Ketiga, suatu perekonomian dimana satu
bagian yang penting dari pemilikan, pengawasan dan pengelolaan di bidang
ekonomi berada di tangan golongan pribumi atau negara Indonesia, yang berarti
pengalihan penguasaan dan pengelolaan atas kegiatan-kegiatan ekonomi dari
tangan orang-orang barat dan Cina ke tangan orang-orang Indonesia. Untuk
melaksanakan kebijakan nasionalisme ekonomi, pemerintahan pasca kemerdekaan
melaksanakan proteksi, satu di antara beberapa keputusan yang di ambil oleh
pemerintah Indonesia adalah menentukan dan memilih importir-importir yang layak
di beri bantuan pemerintah. Para pengusaha yang dapat melalui penyaringan itu
dan berhak atas bantuan pemerintah, biasanya dinamakan importir-importir
“Benteng”.
Secara garis besar, kebijakan yang telah
di ambil oleh pemerintahan pasca kemerdekaan sebenarnya banyak memberikan
perubahan-perubahan mendasar dalam kegiatan pembangunan ekonomi, hal ini
terbukti dengan munculnya kegiatan sektor informal yang menjadi soku guru
perekonomian Indonesia saat itu. Di sektor perdagangan, pemerintah melakukan
tindakan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda. Perusahaan di ambil oleh pemerintah,
dan seluruh kegiatan ekspor dan impor di tangani perusahaan negara. Kebijakan
ini memberikan kemudahan bagi industri kecil untuk mendapatkan bahan baku.
Industri kecil, terutama tekstil berkembang pesat. Namun akibat perbedaan
pandangan mengenai perananan perusahaan swasta dan asing dalam mendongkrak
perekonomian di Indonesia, muncul polemik antara kelompok moderat dan
konservatif yang di wakili oleh Partai Masyumi dan PSI, yang saat itu berada
pada posisi pucuk pememerintahan, dengan kerlompok radikal yang di wakili oleh
partai ultra nasionalis radikal, yang menghendaki perubahan struktural yang
mendasar dalam perekonomian .
Akibat polemik yang berkelanjutan
mengenai model pembangunan ekonomi yang sesuai di Indonesia pada awal
kemerdekaan menimbulkan konsekwensi langsung dengan tidak adanya kontinuitas,
karena pemerintahan atau kabinet seringkali mengalami pergantian dan tidak
mempunyai waktu yang cukup untuk mengimplementasikan program-programnya dan
jatuh sebelum bekerja. Sistem pemerintahan parlementer di Indonesia waktu itu
sesungguhnya tidak sejalan dengan subtansi demokrasi .
Yang lebih parah lagi adalah pembangunan
ekonomi di Indonesia pasca kemerdekaan selalu gagal di karenakan konflik yang
berlangsung antara dua kelompok yang menganut dua pandangan yang saling
bertentangan mengenai kebijakan ekonomi, pimpinan politik yang konservatif
pragmatis lawan pimpinan politik ultra-nasionalis radikal .
Konflik ini hampir-hampir tak pernah
menghasilkan konsensus nasional. Malahan yang terjadi, seperti yang secara
ekstrem di kemukakan oleh Sutter, adalah bahwa kedua kelompok itu seringkali
“saling menjegal dan pemerintah (seringkali) tetap mandeg dan tidak mampu
menangani masalah (ekonomi) tertentu” . Adanya konflik tersebut (paling tidak
untuk sebagian) menyebabkan patronase politik tersebar luas di antara ke-27
partai politik selama berlangsungnya periode ini, yang sekitar 20 di antaranya
memegang kekuasaan yang besar pada tingkat nasional dengan menggunakan
cara-cara yang sangat mengagumkan di dalam kabinet dan birokrasi .
Dalam lingkungan seperti inilah klik-klik,
dalam hal ini partai-partai politik, yang merupakan saluran yang jelas,
merupakan satuan-satuan utama dalam proses politik dan menggalakan fungsi
patronase dalam masyarakat . Puncak dari permasalahan tersebut akibat konflik
yang berkepanjangan mengenai pembangunan ekonomi, telah mencapai klimaks-nya
ketika pada tahun 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden tanggal 5
Juli i959, yang mengakhiri sistem demokrasi parlementer dan menggantinya dengan
Demokrasi Terpimpin 1959-1965. Pada periode demokrasi terpimpin terkenal suatu
istilah MANIPOL-USDEK yang dirinci oleh Dr. Roeslan Abdulgani, yang memilik
arti, UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian Bangsa
Indonesia, sebagai suatu kebijakan baru mengenai pembangunan ekonomi di negara
Indonesia.
Dalam fase pertama Demokrasi Terpimpin
(1960-1963) peran elit Angkatan Darat Indonesia yang di pengaruhi oleh paham
neo-Keynesian tampak jelas, dalam fase kedua (1963-1965) di tandai oleh peran
sentral yang di mainkan oleh PKI dalam kehidupan politik. Inisiatif bergeser
dari Angkatan Darat, yang terutama sibuk dengan usaha mengkonsolidasikan apa
yang telah di capainya dan untuk mempertahankan posisinya, kepada Presiden
Soekarno dan PKI yang mendorong kebijaksanaan-kebijaksanaan yang radikal dan
militan di dalam negeri maupun gelanggang internasional. Situasi ini pada
akhirnya mengakibatkan ambruknya hubungan segitiga dan keseimbangan kekuasaan antara
Presiden Soekarno, Angkatan Darat dan PKI, ketika enam Jenderal Angkatan darat
dibunuh secara keji dalam suatu percobaan “kup” yang dilancarkan oleh Gerakan
30 September (G.30/S), peristiwa yang paling berdarah dalam sejarah Indonesia .
Sementara saat demokrasi terpimpin, Presiden Soekarno tampil menjadi penguasa yang otoriter, angkatan darat secara mantap meluaskan dan memperkukuh kekuasaan politiknya dan partai-partai politik praktis tidak berdaya dan semakin lemah, kecuali PKI yang memperluas pengaruh politiknya di bawah perlindungan Presiden Soekarno . Tampak jelas sekali, bahwa pada periode demokrasi terpimpin ini politik telah menjadi sedemikian rupa, sehingga politik menjadi panglima, dan jalan sosialisme lebih dikembangkan dengan cara manasionalisasi hampir seluruh perusahaan swasta dan asing yang berada di seluruh Indonesia. Kiranya apa yang menjadi polemik awal antara Soekarno dan Hatta mengenai “revolusi belum selesai” dan “revolusi sudah selesai” semakin menjadi-jadi pada periode ini. Soekarno yang mengangkat dirinya sebagi presiden seumur hidup, kian memantapkan slogan-slogannya tentang revolusi yang abadi.
Sementara saat demokrasi terpimpin, Presiden Soekarno tampil menjadi penguasa yang otoriter, angkatan darat secara mantap meluaskan dan memperkukuh kekuasaan politiknya dan partai-partai politik praktis tidak berdaya dan semakin lemah, kecuali PKI yang memperluas pengaruh politiknya di bawah perlindungan Presiden Soekarno . Tampak jelas sekali, bahwa pada periode demokrasi terpimpin ini politik telah menjadi sedemikian rupa, sehingga politik menjadi panglima, dan jalan sosialisme lebih dikembangkan dengan cara manasionalisasi hampir seluruh perusahaan swasta dan asing yang berada di seluruh Indonesia. Kiranya apa yang menjadi polemik awal antara Soekarno dan Hatta mengenai “revolusi belum selesai” dan “revolusi sudah selesai” semakin menjadi-jadi pada periode ini. Soekarno yang mengangkat dirinya sebagi presiden seumur hidup, kian memantapkan slogan-slogannya tentang revolusi yang abadi.
Kekuasaannya semakin tersentralistik,
semua surat kabar di beri keleluasaan untuk menyediakan kolom penyebarluasan
ajaran revolusi Soekarno. Setiap orang, kelompok ataupun partai politik yang
tidak menyetujui ataran-aturannya di anggap “kontra-revolusioner”, lalu di
tangkap dan di berangus, dan beliau memenuhi penjara-penjara dengan lawan-lawan
politiknya. Namun di balik itu semua, tanpa di sadari akibat kebijakan politik
“revolusioner” yang di jalankan dalam demokrasi terpimpin ini, bencana ekonomi
sedang menghadang negara Indonesia. Sikap masa bodoh pemerintahan Soekarno
terhadap soal-soal ekonomi, tidak konsistennya rencana-rencana ekonomi yang
silih berganti dan buruknya implementasi kebijaksanaa ekonomi merupakan
penyebab kekacauan di bidang ekonomi. Indeks biaya hidup di negara Indonesia
membumbung tinggi dari basis 100 dalam tahun 1957 menjadi 36.000 pada tahun
1965. Jumlah uang dalam peredaran naik dari 30 miliar hingga hampir 1 triliun
rupiah dalam periode yang sama itu. Pada akhir tahun 1965, defisit anggaran
membengkak menjadi jumlah yang amat besar, 1,5 triliun rupiah, dan Indonesia
mulai mengabaikan pembayaran hutang luar negerinya. Bagian terberat dari
dislokasi ekonomi disebabkan oleh para pekerja di lingkungan white collar
(kertas putih) dan blue collar (kertas biru) wliayah perkotaan.
Di banyak bagian daerah pedalaman, para
petani menimbun hasil panen mereka, menukar produk mereka kepada
pengusaha-pengusaha kecil. Dan di mana dan kapan mereka dapat membayar hutang
mereka dengan mata uang yang rendah nilainya. Tetapi petani juga harus membayar
banyak karena sangat kurangnya pupuk dan pestisida yang membuat berkurangnya
hasil pertanian, selain itu juga karena situasi dan lingkungan pedesaan yang
semakin terancam dan kurang aman yang di sebabkan oleh iklim politik yang di
warnai dengan gelombang pembunuhan . Pada malam peristiwa G.30/S, rupiah tidak
lebih bernilai daripada kertas yang dicetak, memang biaya mencetak uang rupiah
melampaui nilai uang yang tercetak . Tak dapat di sangkal, sebagaimana diamati
oleh seorang agronomis, “Indonesia, terpuruk di karenakan terjadinya
mis-manajemen selama lebih dari satu dekade” .
Bung Hatta yang ikut menandatangani proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia dengan Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945,
dan kemudian pecah jalan dengan Soekarno, memberikan tanggapan, “Nasib
Indonesia kini lebih suram dibanding dengan waktu rezim kolonial Belanda” .
Akhirnya pasca kejadian G.30/S, di tingkatan bawah, rakyat dan mahasiswa dengan
slogan “Tiga Tuntutan Rakyat” (Tritura) meminta Presiden Soekarno mundur dari
jabatannya, karena dinilai telah gagal dalam membangun perekonomian Indonesia,
dan di tingkat elit terjadi “kup” yang mengakibatkan di sisihkannya Soekarno
dari kehidupan politik, penghancuran total PKI beserta semua organisasinya, dan
tampilnya militer secara dominan dalam kehidupan politik. Maka berakhirlah masa
Orde Lama dengan membawa “drama revolusinya yang belum selesai”.
2.10
Kelebihan dan Kelemahan Kepemerintahan Soekarno
Kelebihan
1.
Nasionalisasi Bank Java menjadi Bank
Indonesia.
2. Mengamankan
usaha-usaha yang menyangkut harkat hidup orang banyak, sehingga dapat di
manfaatkan oleh rakyat.
3.
Berusaha memutuskan kontrol Belanda
dalam bidang perdagangan ekspor-impor
Serta beberapa kebijakan lainya yang ditujukan untuk memajukan perekonomian indonesia.
Serta beberapa kebijakan lainya yang ditujukan untuk memajukan perekonomian indonesia.
4.
Sejak tahun 1955, pembangunan ekonomi
mulai meramba ke proyek-proyek besar. Hal ini dikuatkan dengan keluarnya
kebijakan Rencana Pembangunan Semesta Delapan Tahun (1961). Kebijakan ini
berisi rencana pendirian proyek-proyek besar dan beberapa proyek kecil untuk
mendukung proyek besar tersebut.
5.
Rencana ini mencakup sektor-sektor
penting dan menggunakan perhitungan modern. Namun sayangnya Rencana Pembangunan
Semesta Delapan Tahun ini tidak berjalan atau dapat dikatakan gagal karena
beberapa sebab seperti adanya kekurangan devisa untuk menyuplai modal serta
kurangnya tenaga ahli.
6.
Dapat menghasilkan rencana produksi lima
tahun yang dikenal dengan nama Kasimo Plan.
7.
Melakukan Kebijakan atas pemotongan
nilai mata uang.Keuntungan dari kebijakan ini adalah rakyat kecil tidak
dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-orang kelas
menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang
beredar ,maka pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan
mendapat pinjaman sebesar Rp. 200 juta.
8.
Dapat menumbuhkan kelas pengusaha
dikalangan bangsa Indonesia.
9.
Para pengusaha pribumi secara bertahap
dapat berkembang menjadi maju.
10.
Dapat bekerjasama antara pengusaha
pribumi dan non pribumi dalam memajukan perekonomian Indonesia.
Kelemahan
1.
Terjadinya pengeluaran besar-besaran
yang bukan ditujukan untuk pembangunan dan pertumbuhan ekonomi melainkan berupa
pengeluaran militer untuk biaya konfrontasi Irian Barat, Impor beras, proyek
mercusuar, dan dana bebas (dana revolusi) untuk membalas jasa teman-teman dekat
dari rezim yang berkuasa.
2.
Perekonomian juga diperparah dengan
terjadinya hiperinflasi yang mencapai 650%. Selain itu Indonesia mulai
dikucilkan dalam pergaulan internasional dan mulai dekat dengan negara-negara
komunis.
3.
Adanya blokade ekonomi oleh Belanda
sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negri RI.
4.
Kas negara kosong.
5.
Buruk nya perekonomian karena Pengusaha
pribumi kalah dalam bersaing dengan pengusaha nonpribumi yang di sebabkan
perekonomian di serahkan pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang
menyatakan laissez faire laissez passer.
6.
Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon)
untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam
pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia.
Bahkan pada 1961-1962 harga barang-barang naik 400%.
7.
Devaluasi yang dilakukan pada 13
Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang
rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama, tapi di
masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi. Maka
tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka
inflasi.
8.
Kegagalan-kegagalan dalam berbagai
tindakan moneter itu diperparah karena pemerintah tidak menghemat
pengeluaran-pengeluarannya.
9.
Pada masa ini banyak proyek-proyek mercusuar
yang dilaksanakan pemerintah, dan juga sebagai akibat politik konfrontasi
dengan Malaysia dan negara-negara Barat.Sekali lagi, ini juga salah satu
konsekuensi dari pilihan menggunakan sistem demokrasi terpimpin yang bisa
diartikan bahwa Indonesia berkiblat ke Timur (sosialis) baik dalam politik,
ekonomi, maupun bidang-bidang lain.
10.
Beredarnya
lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali.
BAB
III
ANALISIS
Ir.Soekarno seorang Proklamator RI yang dikenal sebagai seorang yang idealis dengan
Komitmen nya yang tinggi untuk menyejahterakan rakyat dan membebaskan
imperalisme dan kolonialisme barat. Ir.Soekarno seorang komunikator yang ulung
dengan paham nasionalisme, islamisme dan komunisme dan menyebarkan paham
marxisme ini memperoleh kesuksesan dengan merumuskan ajaran marhaenisme
/marxisme dan tidak hanya itu beliau adalah sang pendiri partai nasional
indonesia atau yang disebut juga dengan
(PNI),ir soekarno juga telah banyak berjasa kepada negara ini sang pencetus
pancasila sebagai dasar negara ini berhasil memproklamirkan kemerdekaan RI pada
17 agustus 1945,dan beliau juga merupakan seorang pencetus adanya KAA tahun
1955 di bandung ,dalam memipin sebuah negara tidak lah semudah membalikan
telapak tangan ,ada beberapa kegagalan yang dialami ir Soekarno selama menjabat
sebagai presiden RI yaitu gagal mempersatukan irian barat dan gagalnya
menangani krisis politik yang melanda tahun 1966.
pada tahun ini juga dari segi ekonomi terdapat pernyataan penolakan
soekarno terhadap berbagai bantuan asing karena paham nasionalisme yang dianut
inilah yang dapat diartikan dengan keyakinan bahwa pembangunan di indonesia
termasuk dalam bidang ekonomi harus berasal dari diri bangsa itu sendiri dan
pada akhirnya pada tahun ini pun terjadi inflasi sebesar 600%
Pertahun dan pada akhirnya membuat kekacauan ekonomi di indonesia.keadaan
ini diperparah dengan eksploitasi SDM dan SDA secara besar-besaran yang
berakibat pada perekonomian diindonesia,kesalahan lagi dalam masa pemerintaha
soekarno adalah penerapan sistem ekonominya yang menggunakan sistem ekonomi
liberal dimana pengusaha pribumi masih lemah bersaing dengan nonpribumi,dan
pada akhirnya malah memperburuk ekonomi setelah kemerdekaan,dalam upaya
mengatasi anjloknya ekonomi indonesia pada saat itu dengan menerapkan
nasionalisasi bank de javasche bank dan mengurangi jumlah uang yang beredar
agar harga turun (gunting syarifudin),dan penerapan sistem perekonomian ali
baba yang menyediakan kredit lisensi bagi usaha swasta nasional.namun sistem ini
pun harus kandas karena program ini tidak berjalan dengan baik dan kurangnya
pengalaman pada pengusaha pribumi.
Dan pada akhirnya sistem sistem tersebut
dirubah menjadi masa demokrasi terpimpin
Yang menerapkan pembentukan deklarasi
ekonomi ,devaluasi ,dan proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah yang
kemudian gagal lagi karena pemerintah tidak menghemat pengeluaran
pengeluarannya,sekali lagi ini adalah konsekuensi dari pilihan menggunakan
sisteem demokrasi terpimpin yang selalu berkiblat pada sosialis
BAB
IV
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pada masa perekonomian indonesia orde lama ,setelah kemerdekaan hingga
tahun 1965 perekonomian indonesia memasuki era sulit,karena bangsa indonesia
mengalami pergolakan sosial politik dan keamanan yang sangat dahsyat sehingga
pertumbuhan ekonomi kurang mendapat perhatian pada saat itu perekonomian
indonesia masih sangat lah minim dan perusahaan perusahaan pada saat itu
mayoritas dimiliki oleh asing,keadaan ini diperparah dengan eksploitasi SDA dan
SDM di indonesia oleh asing sehingga makin memperburuk ekonomi indonesia pada
masa itu ,Soekarno memang telah menciptakan suatu konsep untuk menyatukan
bangsa dengan pancasilanya bahkan dengan pancasila ini semua yang berbeda –
beda merasa satu dan kesatuan,menimbulkan sikap kebersamaan gotong royong dan
beliau merupakan proklamator kemerdekaan untuk Negara Indonesia. namun walau
bagaimana pun seorang pemimpin politik tentu memiliki kekurangan yang menjadi
kehancuran kepemimpinanya,namun dari sekian banyak kekurangannya yang dimiliki
hendaknya kekurangan ini menjadi pelajaran untuk pemimpin selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://nohfendi.blogspot.com/2013/01/contoh-kasuskepemimpinan.html
Nalia,Wahyu.2011. Sejarah Presiden Pertama Negara.
http://wahyunalia.blogspot.com/2011/06/sejarah-presiden
pertamanegara.html
NN. 2008. Orde Lama. (http://parisvanjava.net76.net/orla.html
Nurdiana, Dina. 2009. Revolusi. http://irsoekarno.wordpress.com/category/revolusi/
Zhepa, Rusdi. 2012. Perkembangan pemerintah orde lama orde baru dan
reformasi.
http://rushdiezhepa.wordpress.com/2012/08/23/perkembangan-pemerintah-orde-lama-orde-baru-dan-reformasi/
http://onlinebuku.com/2009/03/06/sejarah-perekonomian-indonesia/
http://wikipedia.com/sejarah-perekonomian-indonesia/
http://farm4.static.flickr.com/3475/3863058767_5e0036314a.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar